Saturday, July 6, 2013

TNI AL Menuju Tentara Kelas Dunia

Seorang anggota Provos TNI AL melintas di dekat kapal selam KRI Cakra 401 yang berlabuh di Pangkalan TNI-AL (Lanal) di Watusampu, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (12/5) dalam rangka mengisi bahan bakar dan perbekalan. Lanal Palu oleh TNI-AL akan dikembangan menjadi salah satu pangkalan kapal selam untuk memperkuat basis pertahanan laut di wilayah Tengah dan Timur Indonesia. (Foto: ANTARA/Basri Marzuki/ss/pd/13)

6 Juli 2013, Jakarta: TNI AL berjuang menjadi tentara kelas dunia yang telah dicanangkan sejak Januari 2013. Untuk bisa ke arah sana, TNI AL melaksanakan inward looking dan outward looking. Upaya itu meliputi peningkatan kemampuan sumber daya manusia melalui pendidikan umum dan militer di dalam dan luar negeri serta penugasan melalui tour of duty.

"Selain itu, kami melaksanakan pembangunan kekuatan berbasis kemampuan yang mampu menangkal dan menindak setiap ancaman militer dari luar maupun dari dalam negeri," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksma Untung Suropati, seusai Lomba Menembak antarwartawan, di Mabes TNI AL, Jakarta, Jumat (5/7). Dari sisi outward looking, kata Untung, TNI terus menganalisis secara mendalam terhadap perkembangan lingkungan strategis, khususnya di kawasan Asia Pasifik.

TNI juga melakukan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi setiap bentuk ancaman faktual maupun potensial Upaya menjadi kelas dunia ini termasuk pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) baru yang dicanangkan sejak 2010–2014.

Alutsista baru itu terdapat 39 kapal perang, di antaranya 2 kapal selam, 2 kapal perusak kawal rudal (PKR), 16 kapal cepat rudal (KCR), dan 8 kapal patroli cepat (PC). Untuk pengadaan kendaraan tempur (Ranpur) Marinir sebanyak 84 unit terdiri dari 49 tank BMF-3F, 14 pansam BTR-80A, 5 BVP-2, dan 16 RM-70 Call-22 serta sejumlah persenjataan lainnya.

Sumber: Koran Jakarta

Friday, July 5, 2013

KRI Hiu dan KRI Layang Dialihbinakan ke Satuan Kapal Cepat Koarmatim



04 Juli 2013, Surabaya:Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum memimpin upacara peresmian alih bina KRI Hiu – 804 dan KRI Layang – 805 di dermaga Madura Koarmatim Ujung Surabaya, Kamis (04/7).

Berdasarkan keputusan Kasal nomor Kep/513/IV/2013 tanggal 24 April 2013 tentang pengalihan fungsi pembinaan dan pengalihan nomor lambung KRI Hiu – 804 dan KRI Layang – 805 dari satuan kapal patroli Koarmatim ke satuan kapal cepat Koarmatim, maka dilaksanakan upacara peresmian alih bina yang menandai bahwa mulai saat ini secara resmi KRI Hiu – 804 dan KRI Layang – 805 telah masuk ke dalam jajaran Satkat Koarmatim dengan nomor lambung KRI Hiu – 634 dan KRI Layang – 635.

Dalam amanatnya Pangarmatim mengatakan adanya proses alih bina beberapa unsur ini, diharapkan akan memperkuat jajaran Koarmatim sebagai Kotama pembinaan dalam rangka penegakkan kedaulatan dan pengendalian perairan yurisdiksi nasional di kawasan timur Indonesia.

Pelaksanaan alih bina ini, juga telah menandai terwujudnya kegiatan peningkatan kemampuan sistem senjata sesuai dengan perencanaan menuju MEF, dengan meningkatkan kualitas maupun kuantitas materiil. Dalam hal ini persenjataan yang dimiliki, maka kemampuan suatu unsur menjadi satu tingkat di atasnya. Hal ini tentu saja disesuaikan dengan perkembangan tantangan maupun ancaman yang akan terjadi, kata pangarmatim.

Upacara yang berlangsung dengan suasana hikmat tersebut dihadiri oleh Danguspurlatim Laksamana Pertama TNI Ari Soedewo, S.E., Danguskamlatim Laksamana pertama TNI Wuspo Lukito,S.E., para Asisten Pangarmatim, Kasatker serta para Komandan Unsur KRI.

Sumber: Dispenarmatim

Thursday, July 4, 2013

Pembangunan Kapal Selam Ketiga di PT PAL Sesuai Rencana



2 Juli 2013, Jakarta: Proyek kerjasama pertahanan antara RI dan Korea Selatan khususnya dalam rangkaian pengadaan Alutsista jenis Kapal Selam mengalami perkembangan yang semakin meningkat. Indonesia telah memesan tiga Unit Kapal Selam kelas Changbogo dari Korea Selatan dengan proses alih teknologi kepada Indonesia. Rencananya dua kapal selam ini akan diproduksi di galangan Daewoo Shipbuilding Marine Engineering co.ltd, dan kapal selam ke tiga akan dikerjakan oleh ahli Indonesia di galangan PT PAL.

Asisten Kerjasama Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) sekaligus komisaris PT PAL, Silmy Karim, Selasa (2/7) di Kantor Kemhan mengatakan kepada wartawan, bahwa rencana pembangunan kapal selam ke tiga di galangan PT PAL sudah sesuai dengan rencana dan terdapat kemajuan dalam proses persetujuannya.

Kemajuan rencana menjadi salah satu pembahasan pada forum pertemuan Defence Industry Coorporation Commiittee (DICC) RI - Korea ke 2 yang diselenggarakan belum lama ini di Korea Selatan. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Sekjen Kemhan RI Letjen TNI Budiman menghadiri pertemuan tersebut guna membahas perkembangan kerjasama pertahanan RI – Korea Selatan khususnya pengadaan Alutsista.

Terkait beberapa kemajuan rencana produksi kapal selam ke 3 RI – Korea, Silmy Karim menjelaskan saat ini kedua negara sedang dalam tahap penyiapan design, pengiriman personel ahli Indonesia ke Korea dan penyediaan fasilitas pembangunan kapal selam di galangan PT PAL Surabaya.

Ditambahkan Silmy Karim, guna melaksanakan langkah awal proyek pembangunan Kapal Selam ke 3 dari Korea Selatan, Pemerintah Indonesia mengirimkan sekitar 190 personel yang terdiri dari user (Pengguna), TNI AL, perwakilan SDM Riset dan Teknologi (Ristek), Tim Akademisi, serta pihak industri pertahanan dalam negeri yang terkait.

“ Dengan pengiriman 190 personel tersebut, menandakan Korea Selatan lebih membuka diri kepada Indonesia dalam hal Transfer of Technology (ToT),” Ujar Silmy Karim.

Selama personel Indonesia berada di Korsel akan mendapatkan Alih Teknologi (ToT) kapal selam yang tergolong kompleks dan rumit, serta harus dapat dipelajari baik melalui metode Learning by Seeing, maupun Learning by Doing sesuai dengan kesepakatan negara maupun peraturan-peraturan yang di berlakukan oleh Pemerintah Korsel.

Menurut Silmy Karim, fasilitas galangan dijadwalkan akan selesai dbangun pada Desember 2014, dan Januari 2015 pembangunan kapal selam "steel cutting" tersebut dapat dilaksanakan. Pembangunan kapal selam ini membutuhkan waktu sekitar 40 bulan atau tiga tahun maka di perkirakan kapal selam ke 3 dari hasil produksi Indonesia akan selesai pada tahun 2018.

Sumber: DMC

Wamenhan Minta Dubes RI Promosikan Produk Industri Pertahanan

Tiga teknisi PT Dirgantara Indonesia melakukan pekerjaan "final assy" pesawat CN 235, di hanggar PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, Selasa (30/4). Pesawat ini merupakan salah satu dari tiga pesawat yang dipesan oleh Kementerian Pertahanan kepada PTDI. (Foto: ANTARA/Hermanus Prihatna/Koz/ama/13)

4 Juli 2013, Dakar: Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin meminta Dubes RI di Dakar Andradjati untuk aktif mempromosikan produk industri pertahanan nasional, termasuk pesawat CN 235 dan CN 295.

"Dubes itu harus jadi `salesman`. Menjual produk industri pertahanan bukan berbisnis, tapi membantu BUMN strategis dalam promosi," katanya dalam pertemuan dengan staf KBRI Dakar, Kamis.

Dubes RI di Dakar Andradjati merangkap delapan negara lain di Afrika seperti Kongo, Gambia, Mali, Sierra Leone, Guinea Bissau, Pantai Gading, Gabon.

Dubes mengatakan sejak ditugaskan di Dakar ia telah berusaha membantu memasarkan pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia itu.

"Saya sudah membuat brosur dan majalah yang mempromosikan keunggulan CN 235," ucapnya.

Senegal yang belum membuka perwakilannya di Jakarta sudah membeli dua pesawat CN 235 lewat penjamin dari Belgia. Pesawat itu akan ditinjau Sjafrie dalam kunjungan dua harinya ke Afrika Barat itu.

"Senegal juga berminat tambah alusista, namun kemampuan ekonomi belum cukup. Perlu pihak lain sebagai penjamin seperti Belgia untuk pembelian CN 235," ujar Dubes.

Wamenhan menjelaskan kunjungannya di Afrika untuk akselerasi kerja sama pertahanan internasional.

"Tahun 2014 seluruh benua di dunia sudah tersentuh kerja sama pertahanan dengan Indonesia," tuturnya.

Indonesia juga sudah terlibat "peacekeeping forces" di Kongo. Sjafrie meminta Dubes menemui Kontingen Garuda di Kongo pada HUT TNI 5 Oktober mendatang.

"Mereka sudah berprestasi dan selama 10 tahun membuat jalan sampai puluhan dan ratusan km," katanya.

Sumber: ANTARA News

Alutsista TNI AL Prioritas Diremajakan



4 Juli 2013, Jakarta: Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio mengatakan, modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI Angkatan Laut diprioritaskan pada peremajaan alutsista tua. Alutsista yang kondisinya tidak layak pakai segera dipensiunkan, namun penggantiannya disesuaikan dengan kebutuhan.

"Percepatan pemenuhan alutsista ini sesuai renstra (rencana strategis-Red) untuk mencapai kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF)," demikian sambutan KSAL yang dibacakan Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil), Laksda TNI SM Darojatim pada upacara HUT Ke-52 Kolinlamil di Jakarta, Rabu (3/7).

Pembangunan MEF itu sendiri diimplementasikan dalam tiga renstra hingga tahun 2024. Selain percepatan pengadaan alutsista, proyeksi renstra mencakup organisasi dan personel. "Namun pencapaian MEF akan disesuaikan dengan alokasi anggaran pertahanan," aku KSAL.

Di sisi lain, KSAL menambahkan beberapa KRI yang berada di jajaran Kolinlamil selayaknya sudah memasuki masa pensiun. Namun, tak sedikit pula alutsista yang dimilikinya merupakan KRI tercanggih hasil produksi industri dalam negeri.

"Sebagai realisasi kemampuan alutsista Kolinlamil, TNI AL telah mengupayakan program modernisasi alutsista Kolinlamil melalui pengadaan, revitalisasi, rematerialisasi, dari pinjaman dalam negeri dan peningkatan kemampuan dengan APBN," kata KSAL.

Darojatim mengatakan unsur KRI yang dimiliki Kolinlamil, diantaranya KRI Teluk Rantai-509, KRI Teluk Bone-511, KRI Teluk Parigi-539, KRI Teluk Lampung -540, KRI Tanjung Fatagar -974, dan KRI Banjarmasin -592. Sejumlah KRI ini di bawah binaan Satuan Lintas Laut Militer (Satlinlamil) Surabaya.

Sedangkan KRI di bawah binaan Satlinlamil Jakarta, terdiri dari KRI Tanjung Kambani-971, KRI Tanjung Nusanive 973, KRI Teluk Amboina-509, KRI Teluk Manado-573, KRI Teluk Hading -538. KRI Mentawai, KRI Karimata-960 dan KRI Banda Aceh.

"Sampai saat ini Kolinlamil terus menggelar beberapa KRI dalam tugas angkutan laut pergeseran pasukan untuk pengamanan Perbatasan (Pemtas) RI dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Timor Leste dan Papua Nugini," kata Pangkolinlamil.

Momentum Kebangkitan

KSAL mengatakan, peringatan hari jadi Kolinlamil akan menjadi momentum mendorong motivasi dan semangat pengabdian, dalam meningkatkan kinerja satuan.

Hal ini sesuai tuntutan reformasi birokrasi yang telah diberlakukan, untuk menghasilkan karya terbaik bagi Kolinlamil TNI AL, bangsa dan negara. "Tingkatkan semangat semangat juang dan etos kerja segenap prajurit dan PNS Kolillamil, yang dilandasi semboyan Satya Wira Jala Dharma," tegas KSAL.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai Kotama Ops, Kolinlamil menyelenggarakan operasi angkutan laut TNI, baik dalam operasi militer perang (OMP) maupun operasi Militer Selain Peran (OMSP), serta bantuan operasi lainnya sesuai dengan kebijakan Panglima TNI.

Sedangkan sebagai Kotama Bin, Kolinlamil merupakan pembina tunggal Angkutan Laut, membina kemampuan sistem angkutan laut militer, membina potensi angkutan laut nasional, guna kepentingan pertahanan dan keamanan negara di laut dan membina kesiapan operasional.

"Hal tersebut, sebagai realisasi peningkatan kekuatan dan untuk melaksanakan angkutan laut TNI, meliputi personel, alat peralatan dan pembekalan yang bersifat taktis, strategis maupun admnistrasi," kata KSAL.

Sumber: Suara Karya

Sunday, June 30, 2013

4 Unit Super Tucano Kembali Tiba Indonesia Agustus 2013



30 Juni 2013, Malang: Untuk merencanakan hal-hal yang berkaitan dengan alutsista yang baru maupun yang mengalami pergantian pada saat alutsista tiba dan diserahkan, perlu memikirkan pemeliharaan. Baik itu dari segi pembinaan personel maupun dari segi pembinaan materiel. Demikian penjelasan Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin, saat meninjau Skadron Udara 21 Wing 2 Lanud Abd Saleh, Jum’at, (28/6).

Oleh karena itu dalam skema anggaran 2014 untuk merencanakan 2015 hal-hal yang berkaitan dengan alutsista TNI AU yang baru maupun yang mengalami pergantian itu sudah masuk di dalam kerangka perencanaan anggaran. hal ini perlu menjadi pemikiran karena di dalam perencanaan ada hal yang menjadi bagian perlu dipersiapkan dari sekarang dan koordinasi yang tepat agar tidak terjadi gab dari kesiapan kita.

Lanjut Wamenha, intinya bahwa optimalisasi dan modernisasi ini harus diikuti dengan pembinaan pemeliharaan baik personil maupun perawatan materiel, ini adalah esensi yang perlu menjadi perhatian kita sehingga tidak seperti kembang api sudah mengadakan kemudian kuncup lagi tidak bisa memelihara alutsista yang ada.

Dijelaskan Wamenhan, secara bertahap pesawat Super Tucano akan digenapkan sebanyak 16 unit . Saat ini sudah ada 4 pesawat Super Tucano selanjutnya Bulan Agustus mendatang akan dikirim kembali 4 unit Super Tucano, 8 unit berikutnya akan dikirim tahun 2014 dan diperkirakan terakhir bulan September 2014 Skadron Udara 21 sudah memiliki 16 unit pesawat Super Tucano.

Untuk memenuhi tugas yang dibebankan bagi pesawat Super Tucano kedepan akan diupayakan sistem perawatan personil yang meliputi penerbang dan crew pesawat, hal tersebut disampaikan Wamenhan dihadapan para penerbang dan crew Skadron Udara 21 yang disaksikan langsung oleh Dirjen Renhan Kemhan Marsda TNI F.H.B. Sulistyo, Kabaranahan Kemhan Laksda TNI Ir. Rachmad Lubis, Komandan Lanud Abd Saleh Marsma TNI Gutomo, S. IP beserta para pejabat lainnya.

Wamenhan mengatakan, bahwa alutsista yang diawaki para penerbang bernilai miliaran rupiah, sedangkan tanggung jawab untuk pelaksanaan tugas para penerbang dan crew sangat berat dan berisiko tinggi, dengan alasan tersebut maka perawatan personil perlu dibenahi ulang, sehingga kedepan TNI AU benar-benar dapat melaksanakan tugas yang diemban secara maksimal.

Sumber: Lanud Abdulrahman Saleh