Saturday, August 6, 2011

AU Ghana Beli 2 Pesawat C295

C295. (Foto: Airbus Military)

6 Agustus 2011, Jakarta (Berita HanKam): Angkatan Udara Ghana memesan dua pesawat angkut C295 dari Airbus Military dan akan diserahkan mulai 2012. Menteri Pertahanan Ghana Letnan Jenderal JH Smit mengatakan C295 akan memudahkan AU mengangkut pasukan dan operasi keamanan lainnya melintasi negeri serta dalam wilayah regional Afrika Barat.

Pesawat dapat juga digunakan untuk evakuasi medin, penerjunan, pelatihan dan operasi kemanusian termasuk membantu organisasi-organisasi seperti National Disaster Management Organisation (NADMO) dan misi keamanan PBB.

Pesawat angkut C295 telah diproduksi 85 unit dan dipesan oleh 14 pelanggan. Saat ini 75 C295 dioperasikan oleh 11 negara dan telah membukukan lebih dari 100,000 jam terbang.

Sumber: Airbus Military

9 Ranjau Laut Berhasil Dinetralisasi


5 Agustus 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Sebanyak 9 ranjau laut yang terdeksi oleh Satuan Tugas (Satgas) Latihan Tindakan Perlawanan Ranjau III/2100 berhasil dinetralisasi (diledakan) di sekitar Pantai Palang Tuban, Kamis (4/8). Peledakan ranjau ini merupakan hasil pendeteksian selama lebih kurang dua bulan dari area latihan seluas 37 juta meter persegi, memanjang dari pantai Palang sampai dengan 11 Nm ke utara.

Kegiatan yang berlangsung mulai tanggal 4 hingga 15 Agustus tersebut bertujuan untuk menghancurkan ranjau atau membuat rangkaian/system pemicu ledakan ranjau tidak dapat berfungsi. Diperkirakan ranjau-ranjau tersebut merupakan peninggalan Perang Dunia II yang terbenam di bawah lumpur dasar laut sedalam 3 sampai 5 meter pada kedalaman laut 8 hingga 30 meter.


“Setelah proses netralisasi, kegiatan dilanjutkan dengan melaksanakan rechecking (chek ulang) untuk memastikan bahwa area tersebut benar-benar telah bersih dari ranjau,”kata Komandan Satuan Ranjau Koarmatim Kolonel Laut (P) Benny Sukandani, SE, MM yang sekaligus bertindak selaku komandan latihan.

Lebih lanjut dikatakan Komandan Satran Koarmatim, pada saat kegiatan dinyatakan selesai atau kontak ranjau yang ditemukan berhasil dinetralisasi, maka Mabes TNI AL dalam hal ini Dinas Hidro-oseanografi TNI AL akan membuat peta laut dengan memberikan tanda area yang telah dibersihkan sebagai daerah bebas ranjau, kemudian diinfokan kepada seluruh pengguna laut melalui Berita Pelaut Indonesia (BPI) bahwa area tersebut dapat digunakan untuk menunjang pembangunan nasional.


Kegiatan latihan itu sendiri dimulai sejak tanggal 23 Mei 2011, yang melibatkan 172 personel yang terdiri dari personel Satran Koarmatim yaitu Kapal Perang Type Buru Ranjau KRI Pulau Rengat-711, Diskesarmatim, Satkopaskaarmatim, Dislambair, Arsenal, Labinsen dan Dishidros TNI AL. Latihan direncanakan berakhir hingga tanggal 27 Agustus mendatang.

Sumber: Dispenarmatim

Prajurit TNI-AL Suguhkan Tari Perang di Thailand

(Foto: Dispenarmatim)

5 Agustus 2011, Surabaya (ANTARA News): Para prajurit TNI Angkatan Laut menyuguhkan Tari Perang di atas geladak KRI Diponegoro-365 dalam jamuan makam malam di dermaga Sattahip Naval Base, Thailand.

Staf Dinas Penerangan Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang tergabung dalam rombongan KRI Dipenogoro, Kopda Fatkul Munir, dalam surat elektroniknya, Jumat, mengatakan, suguhan Tari Perang dan Tari Serampang Dua Belas memukau para tamu undangan jamuan makam malam itu.

Acara itu diawali dengan penyambutan oleh Commander Frigatte 1 saat tiba di Dermaga Sattahip.

Komandan KRI Diponegoro Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo mengajak Commander Frigatte menaiki kapal perang kebanggaan rakyat Indonesia itu.

Keduanya kemudian menyanyikan sebuah lagu berjudul "Are You Ready To Sail" diikuti para prajurit KRI Diponegoro-365.

"Kami merasa bangga dan berterima kasih kepada pihak RTN (Royal Thai Navy) sehingga latihan bersama dengan sandi 'Sea Garuda 16 AB-11' berjalan dengan aman dan lancar," kata Widyoutomo sebagaimana ditulis Fatkul Munir dalam surat elektroniknya itu.

Tari Perang yang merupakan tarian tradisional masyarakat Papua yang dibawakan oleh sembilan orang prajurit KRI Diponegoro mendapat sambutan antusias dari seluruh tamu undangan yang memadati geladak kapal perang itu.
Selanjutnya para awak KRI Diponegoro menyuguhkan Tari Serampang Dua Belas dari Sumatera juga mendapat sambutan yang sama.

"Kami kagum dengan semangat yang dipertontonkan awak KRI Diponegoro malam ini," kata Real Admiral Dusadee Sanghapreehca saat memberikan sambutan jamuan makan malam itu.

Menurut dia, latihan bersama Sea Garuda 16AB-11 merupakan momen penting untuk mempererat hubungan bilateral dan persahabatan yang baik antara angkatan laut kedua negara.

Jamuan makan malam itu dihadiri oleh Komandan Gugus Tempur Laut Wilayah Timur (Danguspurlatim) Laksamana Pertama TNI Sulaiman Banjarnahor, dan Asisten Oprasi Panglima Koarmabar Kolonel Laut (P) D Zaenal Abidin.

Hadir dalam jamuan itu pejabat dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangkok, di antaranya Atase Udara Kolonel (Pnb) Joko Pakarianto, Kepala Fungsi Politik KBRI Arko, dan pejabat RTN.

Unsur Sea Garuda 16AB-11 Laksanakan Manlap Di Teluk Thailand


Unsur-unsur Sea garuda 16AB-11 yang terdiri dari KRI Diponegoro-365, KRI Tongkol-813, HTMS Phuttha Loetla Naphalai-462, HTMS Rattanakosin-441, dan 1 Helikopter milik Royal Thailand Navy (RTN) tolak dari Dermaga Sattahip Naval Base Rabu (27/07) menuju daerah latihan untuk melaksanakan Manuver Lapangan (Manlap) di sekitar Teluk Thailand. Kegiatan Manlap itu adalah tahap laut (Sea Phase) atau puncak acara Latihan Bersama (Latma) yang digelar oleh Angkatan Laut (AL) kedua Negara.

Selama dua hari unsur-unsur Sea Garuda melaksanakan beberapa serial latihan diantaranya; Mine Field Transit, Replenishment At Sea (RAS), Anti Submarine WarfareExercise (ASWEX), Anti Surface Warfare Exercise, Night Encounter Exercise, pertolongon terhadap orang jatuh di laut dalam Search And Rescue Exercise (SAREX), penembakan sasaran Tomatto Killer dengan sejata meriam kaliber 20 milimeter dalam Gun Exercise (GUNEX), dan penanganan tindak kejahatan di laut dalam Maritime Interdiction Operation (MIO). Latihan tersebut melibatkan dua tim Visit Boarding Search And Seizure (VBSS) yang terdiri dari satu tim (VBSS) KRI Diponegoro dan satu tim (VBSS) dari HTMS Rattanakosin yang bertindak sebagai Tim Anti Pirachy Multinasional.


Meskipun menghadapi cuaca yang sangat extrim dengan ketinggian ombak mencapai 3 meter namun kapal-kapal perang kedua negara itu tetap melaksanakan gladi tempur laut yang telah direncankan dengan baik. Simulasi menghadapi ancaman di laut yang dilaksanakan unsur (AL) kedua negara bertujuan untuk mengantisipasi perkembangan situasi di Laut China Selatan yang cenderung dapat mengakibatkan munculnya kerawanan-kerawanan yang dikhawatirkan dapat berpengaruh pada integritas nasional masing-masing negara.


Selesai melaksanakan gladi tempur laut selama dua hari kemudian Jum’at (29/07) seluruh unsur kembali ke pangkalan Sattahip Naval Base dan melaksanakan kaji ulang terhadap seluruh rangkaian kegiatan latihan bersama yang di gelar selama lima hari tersebut.


Kegiatan tersebut sekaligus penutupan Latihan Bersama Sea Garuda 16AB-11 bertempat di Lounge Room HTMS Phuttha Loetla Naphalai-462 yang dihadiri oleh Komandan KRI Diponegoro Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo, Komandan KRI Tongkol Mayor Laut (P) Bimo Adji, Deputy Chief Of Staff Frigate Squadron 1 Captain Chokchay Ruangjam Komandan HTMS Phuttha Loetla Naphalai-462 Captain Narong Jong Rak Phuban, Komandan HTMS Rattanakosin-441, Commander Wachradhai dan beberapa perwira perwira kapal perang kedua negara. Pada kesempatan itu pula dilaksanakan tukar menukar cindera mata dari kedua belah pihak.

“Secara umum latihan bersama ini telah terlaksana dengan baik, aman dan lancar serta memuaskan karena para Prajurit KRI Diponegoro-365 dan KRI Tongkol-813 telah menunjukkan tingkat profesionalisme yang sangat optimal”, ujar Komandan KRI Diponegor

Sumber: ANTARA News/Dispenarmatim

Thursday, August 4, 2011

Indonesia-Korsel Tingkatkan Kemampuan Pertahanan

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Samsuddin dan Komisioner DAPA Moo-keun Byun berjabattangan setelah meneken LoI pengembangan bersama jet tempur. (Foto: DAPA)

4 Agustus 2011, Jakarta (Suara Pembaharuan): Sekjen Kemhan Marsdya TNI Erris Heryanto menyatakan, Indonesia dan Korea Selatan memiliki tujuan yang sama dalam upaya meningkatkan kerjasama pertahanan khususnya untuk meningkatkan kemampuan pertahanan kedua negara melalui pengembangan dan produksi poduk-produk pertahanannya secara optimal.

Demikian siaran pers yang diterima SP, di Jakarta, Kamis (4/8) disampaikan bahwa Erris Heryanto mengatakan hal itu saat mengadakan KF-X/IF-X Kick off meeting dengan Komisaris Defense Acquisition Program Administration (DAPA), Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Agency for Defence Development (ADD) Korea, di Daejeon, Korea Selatan, Selasa (2/8).

Erris mengatakan, program pesawat jet tempur Korea Fighter Xperiment (KFX) atau jet tempur generasi 4,5, KF-X/IF-X merupakan program strategis kedua negara dimana program ini sejalan dengan arah tujuan kebijakan pertahanan nasional yang berupaya untuk meningkatkan kemampuan dalam negeri secara berkelanjutan serta memberdayakan industri pertahanan Indonesia.

Program pembangunan KF-X/IF-X telah mencapai tonggak penting dengan dimulainya tahap pengembangan teknologi yang merupakan tahap penting dari program pembangunan KF-X/IF-X.

“Dengan pertimbangan ini, kami telah memilih tim engineering Indonesia yang saya percaya akan mendedikasikan semua pengalaman mereka untuk mendukung program ini,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut atas nama pemerintah Indonesia, Erris menyerahkan tim engineering Indonesia untuk bekerja sama dengan tim Korea dalam menyelesaikan program KF-X/IF-X ini.

Tim engineering Indonesia yang berjumlah 37 orang terdiri dari TNI AU, ITB, Kemhan dan PT DI akan bergabung bersama dengan tim dari Korea dalam rangka untuk memulai tahap awal kerja sama ini.

Erris mengemukakan, Kemhan sangat mendukung berdirinya Pusat Penelitian dan Pengembangan Gabungan atau Combined Research and Development Center (CRDC). Dengan berdirinya CRDC.

Sumber: Suara Pembaruan

Komisi I DPR: Pepera Papua Sah Berdasar Resolusi PBB


4 Agustus 2011, Jakarta (ANTARA News): Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq menegaskan, posisi Indonesia tak akan berubah mengenai wilayah Papua sebagai bagian dari NKRI, karena antara lain berbasis kepada Pepera yang sudah disahkan berdasar resolusi PBB.

"Hasil Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) itu sah sesuai `New York Agreement` 1962 dan Pepera ini pun sudah disahkan oleh Sidang Majelis Umum PBB melalui Resolusi 2505, pada tanggal 19 November 1969," ujarnya di Jakarta, Kamis.

Ini berarti, kembalinya Papua ke pangkuan Indonesia sudah didukung penuh oleh masyarakat internasional dan PBB.

Ia mengomentari aksi sekelompok pejuang separatis Papua di Inggris yang antara lain mempermasalahkan keabsahan Pepera.

Sebagaimana diberitakan pada Rabu (3/8), seminar di London ini dimotori oleh Benny Wenda, Jennifer Robinson dan Melinda Jankie yang tergabung dalam `International Parliementarian for West Papua (IPWP) dan `International Lawyer for West Papua (ILWP).

Isu bahasan seminar itu antara lain mengkaji mengenai keabsahan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969.

Sebagian peserta seminar yang merupakan simpatisan separatisme beranggapan, Pepera ini tidak sah dan perlu diulang karena tak dilakukan sesuai standar internasional (`one man one vote`).

Hampir bersamaan, di Jayapura (ibukota Provinsi Papua) dan Manokwari (ibukota Provinsi Papua Barat), berlangsung aksi unjuk rasa yang menghendaki referendum serta mempersoalkan Pepera itu.

"Sekali lagi perlu kami tegaskan tentang posisi Indonesia, bahwa Pepera itu sah sesuai `New York Agreement` 1962. Dan hasil Pepera sudah disahkan oleh Sidang Majelis Umum PBB melalui Resolusi 2505, 19 November 1969," tegas Mahfudz Siddiq.

Sebagai Wakil Ketua Komisi I DPR yang membidangi Luar Negeri, Pertahanan, Intelijen, Komunikasi dan Informatika, ia menegaskan, prinsip dasar itu tak akan pernah diubah.

"Kami juga mengharapkan Pemerintah Pusat melakukan pendekatan yang lebih humanis, berbasis kultural, bahwa kita semua satu. Juga selalu konsisten saja pada amanat Undang Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) Papua," tandas Mahfudz Siddiq.

Menhan: Gerakan Separatis Akan Ditindak Tegas

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro menegaskan, pihaknya akan menindak tegas terhadap aksi-aksi kekerasan yang terjadi belakangan ini hingga menimbulkan korban jiwa di Papua, termasuk anggota TNI oleh gerakan Separatis.

"Bila persoalan di Papua menyangkut gerakan separatis, kita akan mengambil tindakan tegas karena sesuai dengan misi Kementerian Pertahanan yakni menjaga Kedaulatan dan Keutuhan NKRI serta keselamatan bangsa," kata Menhan melalui siaran pers yang dikirim kepada ANTARA, di Jakarta, Rabu.

Ia pun mengaku prihatin terhadap banyaknya tindak kekerasan yang terjadi di Papua hingga menimbulkan korban jiwa.

Kemhan mencatat tindak kekerasan di Papua telah menelan korban jiwa sebanyak 23 orang, termasuk 1 anggota TNI dan 1 anggota Brimob.

Tindak kekerasan mulai terjadi pada pada 29 Juli 2011 sekitar 16 orang anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) mendatangi proyek pembangunan Tower TV di Kabupaten Paniai, Papua dimana dua orang pekerja dilarang melanjutkan pekerjaannya.

Kemudian kedua orang tersebut melapor kepada petugas yang akhirnya terlibat baku tembak dengan petugas yang melakukan pengecekan di lokasi kejadian.

Di TKP ditemukan barang bukti berupa amunisi SS1 7 butir, amunisi mouser, sangkur 1 buah, 3 pasang sepatu boot dan dokumen-dokumen OPM.

Bentrokan berdarah juga terjadi pada saat pemilihan kepala daerah (pilkada) di Illaga, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Minggu (31/7), yang mengakibatkan 19 orang meninggal dunia termasuk 1 orang anggota Brimob.

Kemudian di lokasi yang sama, kembali terjadi saling serang kedua pendukung calon Bupati yang mengakibatkan rumah, mobil dinas dan sebuah rumah adat Papua Tabuni mengalami kerusakan serta Kantor KPU di bakar.

Peristiwa berdarah lainnya terjadi pada tanggal 1 Agustus 2011, ketika OPM melakukan penghadangan kendaraan sipil di Kampung Nafri, Abepura-Papua yang menewaskan 4 orang tewas dimana satu diantaranya adalah anggota TNI dan 3 lainnya masyarakat sipil serta mengakibatkan 9 orang lainnya luka-luka.

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menyatakan, TNI akan menggunakan pendekatan militer untuk mengatasi sejumlah aksi Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau pihak mana pun yang mengganggu kegiatan TNI.

"Bagi yang menganggu kita gunakan pendekatan militer," katanya usai bersilaturahim dengan para purnawirawan TNI Angkatan Darat di Jakarta, Rabu.

Menurut Edhi, oknum OPM yang menyerang TNI tidak senang dengan kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang dilakukan di Papua, mengingat TNI yang ditembak merupakan anggota yang melaksanakan program TMMD.

"Dalam kegiatan TMMD itu, TNI memilih daerah-daerah yang rawan terpengaruh oleh OPM. Mereka menyerang karena pengaruh kegiatan TMMD," ujarnya.

Kasad menengarai OPM terganggu dengan kegiatan TMMD karena sebelumnya OPM telah menjanjikan kepada warga setempat akan dibangunkan rumah, namun kemudian TNI datang tanpa banyak janji dengan membangun rumah warga melalui TMMD.

Atas insiden penembakan tersebut, pengamanan akan ditingkatkan untuk menghindari kejadian serupa. "Tak boleh ada yang ganggu kegiatan rakyat," kata Pramono menegaskan.

Secara umum Tentara Nasional Indonesia khususnya di satuan kewilayahan, terus meningkatkan kewaspadaan di Papua menyusul rangkaian insiden penyerangan dan penembakan terhadap warga sipil dan anggota TNI oleh kelompok bersenjata di wilayah itu.

"Tidak ada penambahan pasukan TNI baik dari daerah lain maupun Mabes TNI untuk menyikapi situasi di Papua," kata juru bicara TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul kepada ANTARA.

Ia menegaskan, TNI tidak akan gegabah menyikapi perkembangan di Papua meski beberapa anggota TNI telah kerap kali diserang bahkan ditembak hingga tewas oleh kelompok bersenjata yang ditengarai sebagai OPM kelompok lama.

Penyerangan terhadap pos, dan prajurit TNI kerap terjadi di Puncak Jaya, Papua dan mengakibatkan sejumlah prajurit luka-luka dan meninggal dunia.

Terakhir penyerangan terhadap helikopter M-17 milik TNI AD, oleh kelompok bersenjata saat terbang dari Mulia Puncak Jaya menuju Wamena Jayawijaya pada Rabu sekitar pukul 14.15 WIT hingga mengakibatkan bagian bawah heli berlubang.

Sebelumnya, pada Senin (1/8) dalam insiden penghadangan oleh kelompok bersenjata terhadap warga sipil di Abepura, dari empat orang tewas satu diantaranya prajurit TNI yakni prajurit satu TNI Dominikus Keraf.

Pada awal Juli 2011 tiga orang anggota TNI dari Batalion Infanteri 751/BS, juga ditembak kelompok sipil bersenjata di kampung Kalome, distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya. Mereka adalah Prada Kadek, Sertu Deni dan Praka Fauzi.

Sumber: ANTARA News

BMP-3 Tank Amphibi Andalan Korps Marinir

Tank amphibi BMP-3 mulai digunakan Angkatan Bersenjata Uni Sovyet pada 1987. Tank jenis ini telah diproduksi lebih dari 1000 unit, digunakan oleh 10 negara.

Sumber: RIA Novosti

Helikopter Kodam XVII/Cenderawasih Diberondong Tembakan


3 Agustus 2011, Sentani (ANTARA News): Pesawat helikopter Mil Mi-17 Kodam XVII/Cenderawasih, diberondong tembakan oleh orang tak dikenal di sekitar Puncak Senyum, Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua, Rabu, sekitar pukul 14.10 WIT.

Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Letnan Kolonel Ali H Bogra, di Jayapura, mengonfirmasi kejadian tersebut.

Mi-17 yang dipiloti Mayor CPN Kandek dan Letnan Satu CPN Fandi, lepas landas dari Bandara Puncak Jaya dengan tujuan Wamena mengevakuasi seorang anggota TNI Yonif 753/AVT, atas nama Pratu Fana S Hadi.

Tamtama ini adalah penembak senapan pada Komando Taktis Satuan Tugas Pengamanan Daerah Rawan yang ditembak pihak tak diketahui di Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Selasa (2/8).

"Dua titik bagian badan helikopter itu berlubang akibat rentetan tembakan dari bawah itu," kata Bogra.

Dua titik itu adalah badan bagian bawah samping kiri roda depan di bawah kursi kopilot, dan di samping kanan dekat mesin pesawat.

"Tembakan kedua ini bahkan menembus badan korban penembakan yang dievakuasi tersebut," katanya.

Tembakan di titik kedua ini mengenai rusuk kiri Hadi. Kondisi korban yang sudah kritis menjadi semakin kritis sehingga membuat nyawanya tidak bisa tertolong lagi dan meninggal dalam penerbangan ke Wamena, Kabupaten Jaya Wijaya.

Sekitar pukul 02.30 WIT, helikopter itu mendarat di Bandara Wamena. Korban langsung dievakuasi ke RSUD Wamena, dan pada pukul 16.00 WIT korban dievakuasi ke Jayapura dengan menggunakan helikopter Puma kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Arioko.

Rencananya korban Pratu Hadi akan diterbangkan ke tanah kelahirannya di Kalimantan, Kamis (4/8).

Akhir-akhir ini penembakan terhadap anggota TNI di Kabupaten Puncak Jaya terus terjadi. Pada hari pertama masuk puasa juga terjadi penembakan di Kampung Nafri, Kota Jayapura, satu satu orang anggota TNI bersama tiga orang masyarakat sipil tewas di tempat.

Sumber: ANTARA News

TNI Angkatan Darat Bentuk Tiga Divisi Baru

(Foto: Kostrad)

3 Agustus 2011, Jakarta (ANTARA News): TNI Angkatan Darat membentuk tiga divisi baru untuk mendukung tugas pokok matra darat menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhi Wibowo usai bersilaturahmi dengan para purnawirawan TNI Angkatan Darat di Jakarta, Rabu, mengatakan, divisi baru tersebut mencakup unit mekanis, lintas udara, dan mobilitas udara.

"Penambahan divisi baru tersebut sesuai modernisasi dan rematerialisasi," katanya.

Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AD Brigadir Jenderal TNI Wiryantoro menambahkan, penambahan kekuatan itu diutamakan pada kendaraan tempur dan mobilitas pasukan.

Unit mekanis adalah satuan infanteri plus yang memiliki unit kavaleri tersendiri. "Saat ini ada batalyon mekanis baru dibentuk di Jakarta," ungkapnya.

Wiryantoro mengatakan, unit lintas udara dan mobilitas udara merupakan satuan infanteri yang memiliki mobilitas tinggi dan dapat digelar dengan cepat di daerah operasi.

Ia menambahkan, satuan-satuan tersebut cocok dikerahkan di daerah hutan rimba, seperti di kawasan Papua dan Kalimantan.

Sumber: ANTARA News

Wednesday, August 3, 2011

TNI Fokus Tanggap Darurat

Prajurit Kopassus mengungsikan dengan paksa penduduk yang menolak meninggalkan rumahnya untuk menghindari erupsi Gunung Merapi. (Foto: Getty Images)

3 Agustus 2011, Jakarta (SINDO): Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki dua tugas penting dalam menggelar operasi militer selain perang. Keduanya adalah penciptaan stabilitas nasional dan tugas kemanusiaan, seperti operasi tanggap darurat. Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, untuk mendukung kedua tugas operasi militer selain perang (OMSP) itu, dibutuhkan dukungan data yang valid, cermat, serta analisis tajam.

”Karena itu, peran Aster Panglima TNI sangat dibutuhkan dalam penetapan langkah dan kebijakan dalam menyikapi perkembangan stabilitas nasional,” tegas Panglima TNI saat memimpin serahterima jabatan (sertijab) Asisten Personel (Asper) Panglima TNI dan Asisten Teritorial (Aster) Panglima TNI di Jakarta kemarin.

Selain itu, menurut Panglima, optimalisasi pelaksanaan tugas OMSP memerlukan upaya-upaya perluasan pemahaman. Dengan begitu, tidak timbul salah persepsi yang dapat berujung pada timbulnya sikap resistensi terhadap kegiatan OMSP TNI baik di lingkungan TNI maupun di masyarakat.

Panglima menyatakan wilayah Indonesia yang secara geografis rawan gempa, dikelilingi gunung berapi yang aktif, serta rawan bencana longsor dan banjir, senantiasa harus dipantau perkembangannya.

Sumber: SINDO

Kodam XII/TPR Cek Pengibaran Bendera Malaysia


2 Agustus 2011, Pontianak (ANTARA News): Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura langsung bergerak cepat begitu ada kabar masyarakat di garis perbatasan negara di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, akan mengibarkan bendera Malaysia pada 17 Agustus nanti, sebagai bentuk protes ketertinggalan pembangunan.

Menurut UU Nomor 34/2004, TNI juga bertugas pokok menjaga keutuhan wilayah Indonesia, di darat, udara, dan laut. Itu pula sebab Markas Besar TNI membentuk tiga satuan tugas pengamanan perbatasan negara di Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, dan Pulau Irian.

"Intelijen di lapangan belum memberi laporan seperti itu. Kami akan periksa kebenaran informasi tersebut. Kami akan cari tahu apa motifnya," kata Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura, Letnan Kolonel Infanteri Desius, di Pontianak, Selasa.

Sementara itu, Koordinator Komunikasi Informasi Masyarakat Perbatasan, Ambrosius Murjani, mendukung para kepala desa di perbatasan yang akan mengibarkan bendera Malaysia di perbatasan, pada Hari Kemerdekaan RI ke-66, 17 Agustus 2011.

Murjani saat dihubungi melalui telepon genggamnya mengatakan, pengibaran bendera Malaysia di sepanjang perbatasan sebagai wujud protes masyarakat di perbatasan terhadap pemerintah pusat yang sangat minim dalam memperhatikan kesejahteraan masyarakat di perbatasan.

"Di perbatasan minim pembangunan sarana fital berbeda jauh dengan di ibu kota negara yang semuanya tersedia," ungkpanya.

Ia menambahkan, di wilayah Kabupaten Sintang, terdapat dua kecamatan dan delapan desa yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia, sebagian besar wilayah itu tertinggal dari segi pembangunan.

Ia mencontohkan, kondisi jalan di sepanjang perbatasan yang hingga kini masih berlubang dan berdebu di musim kemarau. Pada musim penghujan jalan tidak bisa dilewati karena lumpur tebal, kondisi itu membuat hasil pertanian dan ekonomi warga tidak bisa bergerak.

"Jalan masih saja jalan tanah dan masih banyak lagi ketertinggalan pembangunan di semua lini sementara di pusat berbeda terbalik dengan di desa-desa di kawasan perbatasan Indonesia di Kalimantan Barat - Malaysia," kata Murjani.

Sumber: ANTARA News

Tuesday, August 2, 2011

Lemhannas Gelar Seminar Terorisme dan Pameran Senjata

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhanas) Budi Susilo Supandji (kanan) bersama Marsda TNI Moh.Amin Syahbudiono (kiri) memaparkan draft penanggulangan terorisme, Jakarta, Senin (1/8). Dalam Seminar tersebut akan dibahas strategi penanggulangan terorisme di Indonesia dengan pendekatan lunak serta pendekatan keras yaitu dengan militer, intelejen, serta penegakan hukum. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/ed/nz/11)

2 Agustus 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI mengelar seminar penanggulangan terorisme mulai hari ini, Selasa, 2 Agustus 2011. Seminar yang akan berlangsung selama 2 hari ini menghadirkan sejumlah pembicara, di antaranya Wakil Asisten Teritorial Kepala Staf TNI AD Mayor Jenderal Agus Surya Bakti, pengamat terorisme Al Chaidar, Wakil Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Inspektur Jenderal Bekto Soeprapto, pengamat terorisme dari Australia Beliver Singh, serta AS. Hikam dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Pada hari pertama seminar, pembahasan akan difokuskan pada penanggulangan terorisme dengan menggunakan pendekatan secara lunak (soft approach). Seperti penanggulangan terorisme melalui bidang ekonomi, penguatan pendidikan dasar, serta deradikalisasi.

"Seminar ini untuk mendapatkan pembahasan mendalam soal terorisme," ujar Gubernur Lemhannas Budi Susilo Supandji di Gedung Lemhannas.

Seminar juga akan memfokuskan penanggulangan terorisme dengan metode pendekatan keras atau hard approach. Ada tiga cara yang bisa digunakan melalui pendekatan keras ini. Yakni melalui intelijen, pendekatan hukum, dan militer. "Setelah dibahas, naskah seminar akan dikirimkan pada Presiden sebagai masukan kebijakan," ujarnya.

Tak hanya pemaparan dari para pembicara, seminar tersebut juga sekaligus mempertontonkan sejumlah persenjataan untuk penanggulangan terorisme dari Detasemen Khusus Anti Teror Bravo 90 (Den Bravo) Paskhas TNI Angkatan Udara, Detasemen Jalamangkara (Denjaka) Marinir TNI AL, serta Satuan Penanggulangan Teror-81(Sat-81) Kopassus TNI AD. Detasemen Khusus Antiteror 88 Polri juga menampilkan contoh-contoh bom yang digunakan para pelaku teror, seperti dalam kasus Bom Bali, bom buku Utan Kayu, bom Cirebon, dan bom Serpong.

TNI AU Pamerkan Senapan Penghancur Tank Baja

Senjata canggih penghancur tank baja (Foto: Runi Sari B/Okezone)

Detasemen Bravo TNI Angkatan Udara (AU) memamerkan sebuah senjata canggih berupa senapan piranti penembak jitu yang diklaim mampu menghancurkan tank baja atau bangunan yang berasal dari material baja.

Peralatan perang canggih bernama NTW ini dipamerkan bersamaan dengan seminar bertajuk Penanggulangan Terorisme bagi Persatuan dan Kesatuan Dalam Rangka Ketahanan Nasional” yang digelar di Gedung Lemhanas, Jakarta, Selasa (2/8/2011).

Menurut Anggota Detasement Bravo TNI AU Serda Ahmad Ridwan, senjata canggih mutakhir buatan Afrika Selatan memiliki amunisi berkaliber 20 mm.

“Ini senjata counter sniper yang memiliki amunisi dua kali ledakan. Selain bisa menghancurkan tank, bisa juga menghancurkan material baja. Ini senjata tercanggih yang dimiliki TNI AU, khususnya jenis sniper,” ujarnya.

Selain senjata NTW, dalam kegiatan itu juga ikut dipamerkan sejumlah peralatan canggih milik TNI yang berfungsi untuk mengantisipasi ataupun menjinakkan bom. Salah satunyanya adalah Robot Vehicles Defender System milik TNI Angkatan Laut.

Robot buatan Kanada berbobot 273,8 kilogram, memiliki lima kamera, enam roda dan dikhususkan untuk menjinakkan bom

Sumber: TEMPO Interaktif/Okezone

KRI Karel Satsuitubun-356 Bantu Pengamanan USS Preble (DDG-88) di Bali

KRI Karel Satsuitubun–356.

1 August 2011, Surabaya (Lantamal V): Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Denpasar Kolonel Laut (P) I Wayan Suarjaya, S.Sos . menyambut kedatangan KRI Karel Satsuitubun – 356 yang dikomandani oleh Letkol (P) Fransiscus Herman di Pelabuhan Benoa Bali, Minggu (31/7) pukul 14.00 Wita.

KRI Karel Satsuitubun - 356 adalah unsur dari Koarmatim dibawah komando Guskamlatim merupakan salah satu unsur pendukung keamanan di laut dari kegiatan USS Preble (DDG-88) selama kunjungannya di Bali dan dalam rangka pembekalan ulang air tawar serta logistik lainnya.

USS Preble. (Foto: US Navy/Mass Communication Specialist 3rd Class Alexander Tidd)

USS Preble (DDG-88) yang panjangnya 155,3 meter dengan Crew 300 orang, dikomandani oleh CDR Joseph F Cahill mengawali kegiatannya di Bali dengan mengadakan Courtesy Call ke Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Denpasar, diterima secara langsung oleh Danlanal Denpasar Kolonel Laut (P) I Wayan Suarjaya, S.Sos di Ruang VIP Mako Lanal Denpasar.

Dalam kunjungan tersebut dilaksanakan tukar menukar cindera mata antara Danlanal Denpasar dengan Komandan USS Preble (DDG-88 ). Kegiatan pada sore harinya dilaksanakan pertandingan persahabatan sepak bola antara anggota Lanal Denpasar dengan Crew USS Preble (DDG-88) dan bola volly Ibu-ibu Jalasenastri dengan Crew gabungan USS Preble ( DDG-88).

Adapun unsur pengamanan yang digelar selama kunjungan tersebut terdiri atas unsur dari Armatim yaitu KRI Karel Satsuitubun - 356, Patkamla Katamaran, satu peleton anggota Lanal Denpasar .

Sumber: Lantamal V

OV 10 Pergi, Selamat Datang Super Tucano

Monumen OV-10F Bronco di Lanud Abdulrahman Saleh. (Foto: Berita HanKam)

1 Agustus 2011, Malang (Kompas.com): Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufa’at meresmikan monumen OV-10F Bronco di Lanud Abd Saleh, Malang, akhir pekan lalu.

Ini menjadi penanda berakhirnya masa pakai pesawat OV-10 Bronco. OV-10 Bronco telah di-grounded dan akan digantikan dengan pesawat tempur Super Tucano. Setelah peresmian, Imam beserta rombongan meninjau shelter Skadron Udara 21 yang akan dibangun untuk pesawat baru Super Tucano.

Sesaat sebelum peresmian, Imam Sufa’at menyampaikan harapannya agar dengan memonumenkan pesawat yang memiliki julukan si kuda liar atau biasa disebut kampret di jajaran TNI AU ini dapat menjadi sarana untuk mengenang kiprahnya dalam medan laga dan para awak yang telah gugur bersamanya.

OV-10 Bronco telah berjasa di antara lain Ops Seroja (1976-1979) di NTT, Ops Tumpas (1977-1978)di Irian Jaya, dan Ops Halilintar (1978) di Riau. Setelah peresmian monumen, KSAU beserta rombongan meninjau Skadron Udara 21 untuk pembangunan shelter pesawat Super Tucano yang akan datang menggantikan pesawat gaek OV-10F Bronco.

Sumber: KOMPAS

Uji Terima Ranpur VAB Oleh Paldam Jaya di Yonkav 7/Sersus

1 Agustus 2011, Jakarta (Kodam Jaya): Wakil Kepala Peralatan Kodam Jaya Letnan Kolonel Cpl Ir Tommy Mukti W mewakili Kepala Peralatan Kodam Jaya Kolonel Cpl Pujianto bersama Tim Komisi Kodam Jaya melaksanakan Uji terima 2 unit ranpur VAB-NG yang merupakan hasil rehab Ditpalad TA 2010. bertempat di Batalyon Kavaleri-7/Sersus Cijantung III Jakarta Timur. Jum'at (29/7).

Pada pelaksanaan uji terima tersebut telah dilaksanakan pemeriksaan atas kondisi mesin VAB secara keseluruhan, sistem kemudi, sistem pengereman, fungsi panel kontrol serta kelengkapan Ranpur dan diakhiri dengan uji jalan pada lintasan uji Ranpur yang ada di Yonkav 7 / Sersus.

Dari hasil uji terima tersebut Tim penguji menyatakan bahwa kedua Ranpur VAB hasil Rehab Ditpalad TA 2010 dinyatakan baik dan dapat memperkuat kembali Yonkav 7 / Sersus guna mendukung tugas pokok sebagai salah satu satuan pengaman ibukota.

Sumber: Kodam Jaya

Monday, August 1, 2011

TNI-Kontingen Prancis Gelar Latihan Bersama di Lebanon

Wadan Indobatt, Letkol Mar Harnoko, (kiri), mendampingi Komandan Force Commander Reserve, Colonel R. de L'Estoile, saat meninjau latihan bersama Indobatt-Prancis di lapangan Soekarno, Markas Batalyon, UN POSN 7-1, Adshit Al Qusayr, Lebanon Selatan, Sabtu (30/7). Latihan ini dilaksanakan dalam rangka mengecek kesiapsiagaan dalam penanggulangan masalah yang mungkin timbul di AOR INDOBATT serta melaksanakan langkah antisipasi terhadap peningkatan eskalasi yang mungkin terjadi, selain itu juga dilakukan uji prosedur pelimpahan penanganan masalah dari BMR (Batalyon Mobile Reserve) kepada SMR (Sector Mobile Reserve) yang kemudian dilanjutkan kepada Force Commander Reserve (FCR). (Foto: ANTARA/Puspen TNI -Sertu Marinir Kuwadi/Koz/pd/11)

31 Juli 2011, Surabaya (ANTARA News): Satgas Yonmek Kontingen Garuda XXIII-E/UNIFIL atau Indonesian Battalion (INDOBATT) menggelar latihan bersama dengan Kontingen Prancis di lapangan Parade Soekarno, Markas Batalyon, UN POSN 7-1, Adshit Al Qusayr, Lebanon Selatan.

Perwira Penerangan INDOBATT Mayor Pasukan Banu Kusworo kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Lebanon, Minggu, melaporkan bahwa latihan bersama yang bertajuk "Joint Rate Exercise Forward Command Post" itu berlangsung selama dua hari pada 29 hingga 30 Juli 2011.

Kontingen Prancis yang bertindak selaku "Force Commander Reserve" (FCR) mengerahkan satu unit Kavaleri dengan jumlah personel 23 orang di bawah pimpinan Komandan Unit Captain Bechard Erwan dan diikuti oleh 100 prajurit INDOBATT yang merupakan perwakilan dari Kompi-Kompi maupun Markas Batalyon.

Pada hari pertama, kegiatan dimulai dengan pengarahan latihan di ruang rapat Batalyon yang dipimpin oleh Kasiops Mayor Inf Hendriawan Senjaya, lalu presentasi pengenalan persenjataan, kendaraan dan peralatan tempur Kontingen Prancis yang akan digunakan dalam latihan.

"Presentasi terbagi dalam lima kelompok, yaitu kelompok pertama dengan materi tentang pengenalan ranpur VBCI buatan Renault, Prancis, lalu kelompok kedua tentang pengenalan senjata anti tank 'MILAN' buatan Jerman-Prancis," katanya.

Untuk kelompok ketiga tentang pengenalan senjata sniper anti-personel dan anti-tank, kelompok keempat tentang pengenalan Mortir MO-81 LLR F1 buatan Prancis dan kelompok kelima tentang pengenalan teropong jenis JIMLR buatan Prancis.



Pada hari kedua latihan dilanjutkan dengan kegiatan menggelar "Forward Command Post" (FCP) yang disimulasikan seperti kondisi yang sebenarnya, dengan sasaran pengamatan di sekitar Area Of Responsibility (AOR) INDOBATT, terutama Hot Spot Kompi Alfa di El Addaisse yang berdekatan dengan perbatasan Israel-Lebanon.

Latihan hari kedua dihadiri oleh Komandan FCR Colonel R de L'Estoile, pengamat G-5 dari Irlandia Major O Sullivan, Captain Elipe dari Spanyol, Capten Simone dari Italia, pendamping latihan dari INDOBATT, yaitu Wadan INDOBATT Letkol Mar Harnoko, Mayor Pasukan Banu Kusworo, Kapten Eko Budi Prasetyo, dan Lettu Pnb Ageng Wahyudi.

"Tujuan latihan adalah untuk mengecek kesiapsiagaan dalam penanggulangan masalah yang mungkin timbul di AOR INDOBATT serta melaksanakan langkah antisipasi terhadap peningkatan eskalasi yang mungkin terjadi," kata Komandan FCR Colonel R de L'Estoile kepada Wadan INDOBATT Letkol Mar Harnoko.

Dalam latihan tersebut juga dilaksanakan uji prosedur bagaimana pelimpahan penanganan masalah dari BMR (Batalyon Mobile Reserve) kepada SMR (Sector Mobile Reserve) yang kemudian dilanjutkan kepada Force Commander Reserve (FCR).

Sumber: ANTARA News